Kamis, 01 Maret 2012

ETOS KERJA BANGSA JEPANG & CHINA


1. Etos Kerja Bangsa Jepang

Sudah sangat dikenali dan dipahami oleh kita semua bahwa bangsa Jepang terkenal dengan sebutan bangsa yang masyarakatnya memiliki etos kerja yang luar biasa dalam hal kerja keras, disiplin tinggi dan tetap memegang teguh budaya leluhurnya seiring dengan kemajuan di berbagai bidang IPTEK. Masyarakat Jepang betul-betul menghayati bahkan menerapkan falsafah “bushido”(etos para samurai), yang secara harfiah bushido itu berarti berasal dari Bu berarti Senjata, Shi berarti Orang (Bushi : Orang yang dipersenjatai atau dikenal sebagai prajurit), dan Do yang artinya Jalan / The Way of Life. Sehingga makna Bushido dapat diartikan sebagai Jalan Prajurit dan Bushido sendiri akhirnya dikenal sebagai karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang.

Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa terproduktif di dunia. Mereka juga berhasil membangun negaranya dari sisa-sisa keruntuhan dan kehancuran. Mereka terkenal dengan sikap rajin dan pekerja keras. Jadi, tidak heran jika pekerja Jepang mampu bekerja dalam waktu yang panjang tanpa mengenal lelah, bosan, dan putus asa. Mereka bukan hanya mampu bekerja dalam jangka waktu yang lama, melainkan juga mampu mencurahkan perhatian, jiwa, dan komitmen pada pekerjaan yang dilakukannya. Karakter dan budaya kerja keras merupakan faktor penting keberhasilan bangsa Jepang dalam bidang ekonomi, industri, dan perdagangan.

Semangat dan pantang menyerah merupakan ciri orang jepang, dari semboyan samurai yang menyatakan “Lebih baik mati dari pada berkalang malu”, ada juga istilah MAKOTO yang artinya bekerja dengan giat semangat,jujur serta ketulusan.belum lagi semangat dan semboyan serta falsafah yang lain yang dapat memacu kerja dan membentuk etos kerja para pekerja diluar negara jepang

Bangsa Jepang tidak menganggap tempat kerja hanya sekadar tempat mencari makan, tetapi juga menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan kehidupannya. Kesetiaan mereka pada perusahaan melebihi kesetiaannya pada keluarga sendiri. Mereka selalu berusaha memberikan kinerja terbaik pada perusahaan, pabrik, atau tempat mereka bekerja. Budaya kerja seperti itu tidak lahir dan terwujud dengan begitu saja. Budaya itu dipupuk dan dilatih selama berabad-abad, sehingga akhirnya mengakar dalam pemikiran dan jiwa mereka.

Di Jepang, setiap pekerja mengetahui tugas dan perannya di tempat kerja. Mereka tidak bekerja sebagai individu, tetapi dalam satu pasukan, sehingga tidak ada jurang yang tercipta di antara mereka. Mereka tidak bersaing, tetapi bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas. Di Jepang, semua pekerja tidak memandang pangkat dan berada pada kedudukan yang sama.

Jabatan tinggi atau rendah tidak penting dalam etika dan pengelolaan kerja bangsa Jepang. Di tempat kerja, meja pegawai dan atasan diletakkan dalam suatu ruang terbuka tanpa pemisah. Tidak ada dinding pemisah seperti kebanyakan ruang kantor di Indonesia.

Pengelola tidak dipisahkan dari bawahan mereka. Tidak ada ruangan khusus untuk golongan pengelola. Tempat duduk dan meja di susun dan diletakkan berdekatan dengan pengelola bagiannya agar memudahkan bawahannya menghubungi mereka. Dengan demikian, mereka dapat berinteraksi, berkomunikasi, dan bertukar pendapat kapan saja.

Susunan ruangan kantor seperti itu bukan agar atasan mengawasi bawahannya. Melainkan lebih berfungsi sebagai tempat dan saluran untuk berbincang dan bertukar pandangan. Walau begitu, duduk dalam keadaan rapat tidak digunakan untuk membicarakan hal yang tidak berguna. Mereka hanya berbicara dan bercanda setelah jam kerja.

Cara yang digunakan bangsa Jepang adalah salah satu cara membentuk dan menjalin hubungan erat antar pekerja. Semua pekerja mempunyai tugas dan tanggung jawab penting, sehingga mereka tidak merasa asing. Selain itu, antar sesama, mereka memiliki ikatan emosi yang kuat. Begitu juga dengan rasa sentimen dan keterikatan mendalam terhadap perusahaan, pabrik, dan tempat kerja mereka.

Perbandingan Jepang & Indonesia dalam Berbagai Situasi. Lumayanlah buat bahan perenungan.

# KETIKA BERJALAN DI PAGI HARI #

Japan: orang2 pada jalan super cepat kayak dikejar doggy, karena khawatir telat ke kantor/sekolah.

Indo: nyantai aja cing...! si boss juga paling datengnya telat!

# KETIKA BERANGKAT KE SEKOLAH #

Japan: berangkat ke sekolah naik kereta/bus kota.

Indo: berangkat ke sekolah pake mobil babeh atau yg dibeliin pake duit babeh! tetep aja babeh2 juga...!

# KETIKA BERANGKAT KE KANTOR #

Japan: berangkat naik kereta/bus kota. mobil cuma dipake saat acara keluarga atau yg bersifat mendesak aja.

Indo: gengsi dooonk... masa' naik angkot?!

# KETIKA DI KENDARAAN UMUM #

Japan: orang2 pada baca buku atau tidur.

Indo: orang2 pada ngobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi cekikikan, ngelamun, dan tidur.

# KETIKA MAKAN DI KENDARAAN UMUM #

Japan: sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.

Indo: dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar ke luar jendela.

# KETIKA TERLAMBAT MASUK KELAS #

Japan: memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu + menyesal gak akan mengulangi lagi.

Indo: slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.

# KETIKA DI KELAS #

Japan: yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.

Indo: yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.

# KETIKA GURU MEMBERIKAN PELAJARAN #

Japan: semua murid sunyi senyap mendengarkan dengan serius.

Indo: tengok ke kiri, ada yg ngobrol. tengok ke kanan, ada yg baca komik. tengok ke belakang, pada tidur. cuman barisan depan aja yg anteng dengerin, itu pun karena duduk pas di depan hidung guru!

# KETIKA DIBERI TUGAS OLEH GURU #

Japan: hari itu juga, siang/malemnya langsung nyerbu perpustakaan atau browsing internet buat cari data.

Indo: kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari ini!

# KETIKA JANJIAN BERTEMU #

Japan: ting...tong...semuanya datang tepat pada jam yg disepakati.

Indo: salah 1 pihak pasti ada dibiarkan sampai berjamur & berkerak gara2 kelamaan nunggu!

# KETIKA NONTON KONSER BAND #

Japan: walau konser band rock cadas sekalipun kayak Dai atau X-Japan, penontonnya tetap tertib & gak anarkis.

Indo: jangankan band rock, konser sekelas band Peter Pan yg lagunya cengeng aja sampe makan korban jiwa!

2. Etos Kerja Bangsa China

Dengan perjalanan ini, kita menjadi lebih mengerti kenapa Rasulullah SAW menganjurkan kita supaya mencari ilmu, carilah ilmu hingga ke negeri China.

Bangsa Tionghoa terkenal dengan kerja keras dan keuletan mereka dalam menggapai mimpi. Nama nama seperti Mari Pangestu, Bob Sadino, Agnes Monica, Richard Oh dan Angelique Wijaya , pasti tak asing lagi di telinga Anda. Mereka hanya contoh kecil tokoh Indonesia keturunan Tionghoa yang mengukir prestasi cemerlang di bidang karir masing-masing.

Mereka sekaligus membuktikan, warga Tionghoa tidak hanya bisa sukses sebagai pegadang. Etos kerja dan semangat juang tinggi (meski terkadang juga bisa dinilai sangat ambisius) adalah modal mereka.

Berikut ini adalah 7 Prinsip (Kumpulan etos kerja hebat dan pantas ditiru) yang dipegang teguh orang Tionghoa dalam mengejar kesuksesan hidup:

1. Tak Takut Bermimpi

Meniti karir dari posisi paling bawah sekalipun, orang Tionghoa tidak gengsi. “Sebab, walau masih berada di bawah, mereka tidak takut bermimpi meraih jabatan paling tinggi, Misalnya, ketika menjadi seorang loper Koran, ia akan bermimpi memiliki sebuah penerbitan Koran,” ujar Drs. Sidharta Wirahadikusuma, M.Ed, Pengajar Jurusan Bahasa & Sastra Mandarin di Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Ketua Konsorsium Daerah Bahasa Mandarin Dikmenti DKI Jakarta.

Dengan menggenggam impian setinggi langit ini, disadari atau tidak, Anda pun akan berusaha mencari jalan dan menyusun strategi untuk mencapainya. “Orang Tionghoa amat percaya bahwa roda kehidupan itu selalu berputar. Suatu saat berada di bawah, namun di lain waktu pasti akan berhasil mencapai posisi puncak,” imbuh Sidharta.

2. Bekerja dan Bekerja

Bekerja dan menghasilkan suatu karya adalah salah satu cara untuk membuktikan kepada dunia tentang keberadaan diri Anda. Orang Tionghoa memegang hal ini sebagai pedoman hidup. “Ibaratnya, apabila tidak bekerja atau pun tidak melakukan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain, apa gunanya hidup.” Ujar Sidharta.

Waktu dan kesempatan adalah suatu kemewahan yang pantang disia-siakan oleh orang Tionghoa. JIka memakai filosofi ini dalam berkarir, maka itu berarti jangan selalu menakar tugas hanya dengan kepuasan materi. Sebab dengan menghasilkan karya yang baik, Anda pun sudah memperoleh kepuasan pribadi dan makin menguasai bidang pekerjaan yang Anda tekuni saat ini.

Jangan lupa bahwa pembuktian diri berupa karya yang baik juga bisa menjadi ajang promosi diri. Bukan hanya pembuktian diri di perusahaan temapt Anda bekerja, namun juga akan sampai ke perusahaan tetangga.

3. Berpikir Untuk 3 Keturunan

Menurut falsafah Konghucu, bangsa Tionghoa selalu berpikir untuk 3 keturunan sekaligus, yaitu untuk dirinya, anak dan cucunya. Contohnya bila ia memiliki uang Rp50.000, maka ia tidak akan menggunakan seluruhnya untuk kepentingan pribadi, melainkan hanya sekitar Rp15.000 saja. Sisanya akan disimpan untuk keperluan anak dan cucu.

Dengan bersikap hemat, mereka bisa mengantisipasi berbagaia masalah yang mungkin timbul di kemudian hari.

4. Tak Pernah Menyerah

Setiap orang pasti menemukan rintangan dalam hidup. Namun, setiap rang juga memiliki cara berbeda dalam menyikapinya. Orang Tionghoa percaya, setiap rintangan dalam kehidupan ini akan membawa dirinya pada kondisi yang lebih baik.

Ibarat ujian kenaikan pangkat, kalau berhasil dilewati maka akan memperoleh ganjaran (hasil) yang lebih besar. Ada pepatah klasik yang sejalan denganhal ini yaitu, kehidupan seseorang hendaknya seperti “ikan mas yang berhasil melompati jembatan naga”.

Di Jepang dan Cina, ikan mas adalah lambangn kekayaan dan kesejahteraan. Di sungai mereka berenang menentang arus dari hilir ke hulu, untuk menangkap makanan. Walau sesekal terbawa arus, mereka berenang kembali menuju arah semula. Untuk menangkal kuatnya arus, ikan mas berenang menepi. “Pelajaran yang bisa ditarik adalah setiap orang harus mau berusaha untuk mencapai sesuatu. Kalau menemukan masalah, jangan lekas menyerah dan berusahalah mencari solusinya. Kemudian, maju lagi menuju tujuan semula,” ujar Sidharta.

5. Menguasai Bisnis Dari Hulu ke Hilir

Dalam buku “Resep Kaya Ala Tionghoa” karya Lie Charlie, agar lebih hemat, seorang pengusaha Tionghoa akan berusaha memangkas biaya produksi dengan cara menangani sendiri keseluruhan proses produksinya. Misalnya, seorang pengusaha mie instan akan membuat sendiri semua bahan baku mie.

Tepung terigu, bumbu-bumbu bawang, cabai, atau tmat diusahakan dibuat sendiri atau dengan menggandeng pemasok yang sudah dikenal, sehingga bisa member nya harga ‘miring’. Jadi selain berkonsentrasi pada bisnis hilir, pengusaha Tionghoa juga akan mengembangkan bisnis di hulu untuk mendukung keseluruhan usahanya.

Meski cara yang biasa ditempuh pengusaha Tionghoa ini secara ilmu ekonomi bisa berbahaya karena rawan tindak monopoli, Anda bisa mengambil sisi positifnya. Misalnya, sebagai pegawai, Anda juga bisa menerapkan tips ini dengan cara mengenal dan (kalau bisa) mengusai seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan posisi Anda di kantor. Misalnya, sebagai seorang staf marketing suatu perusahaan penerbitan, Anda juga perlu mengetahui proses pembuatan naskah, layout, hingga pemasarannya. Bekali pula diri Anda dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dari pelbagai sumber.

Bukankah Anda punya cita-cita pada suatu saat nanti akan memiliki sebuah perusahaan penerbitan sendiri?

6. Memberi Service Terbaik

Memelihara reputasi adalah poin penting yang harus dipegang setiap orang. Sebab Anda sendiri akan enggan memiliki hubungan dengan seseorang yang tidak dapat dipercaya bukan? Dalam karir, menjaga reputasi dan nama baik bisa dilakukan dengan cara: selalu menepati janji, menaati tenggat pekerjaan serta selalu menampilkan kesan baik di mata setiap orang yang berhubungan dengan Anda.

Terkait dengan hal ini, dalam kebudayaan Tionghoa, ada pepatah yang berbunyi “Jika tidak pandai tersenyum, janganlah membuka toko.” Kira-kira maksudnya adalah dalam berkarir ataupun berbisnis, kemampuan kerja seseorang bukanlah hal utama yang dijadikan penilaian, faktor yang tak kalah penting adalah menyangkut kemampuan membawa diri dan kesediaan untuk memberika pelayanan yang terbaik setiap kali mengerjakan sesuatu.

7. Memelihara Relasi

Orang Tionghoa amat mementingkan kekerabatan dan relasi. Mereka percaya bahwa tidak ada orang yang memapu hidup sendiri tanp bantuan orang lain. Dengan memiliki relasi, peluang bisnis terbuka lebar. Bagi pengusaha Tionghoa, pelanggan juga termasuk relasi yang harus dijaga dengan baik.

Bahkan demi mendapatkan pelanggan setia, mereka tidak akan segan untuk merugi di awal. Pepatah mereka mengatakan, “walau berisik dan membuang kotoran di mana- mana, seseorang tidak boleh menyembelih seekor angsa bertelur emas” Jadi, ibarat memelihara seekor angsa bertelur emas, maka seorang pengusaha wajib menjaga hubungan baik dengan pelanggannya, walaupun pelanggannya seringkali merepotkan.

Dalam berkarir, Anda pun harus menjaga hubungan baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan serta klien. Dengan menjaga hubungan yang dimiliki, niscaya kebahagiaan dan kesuksesan tidak akan berada jauh dari tempat Anda berdir saat ini.

Kita perhatikan ada beberapa kekhususan dari China, yaitu:

1. Segi Historis (Sejarah)

China adalah bangsa yang tua karena beribu-ribu tahun sebelum masehi, China sudah menjadi bangsa yang besar bersama dengan Romawi, Yunani, Persia, India, dll. Ini adalah bangsa-bangsa tua yang ribuan tahun sebelum masehi sudah dikenal dalam sejarah.

2. Segi Geografis

China persis berada pada posisi tengah-tengah dari Benua Asia. Adapun selisih waktu antara Beijing dengan Jakarta hanya 1 jam sebagaimana selisih WIB dan WITA.

Luas Negara China ini luar biasa, bahkan melampui luasnya Amerika Serikat dan hampir sama dengan luas Uni Sovyet sebelum pecah.

3. Segi Populasi

Negara China mempunyai jumlah populasi terbesar di dunia, yaitu mencapai 1,3 milyar jiwa. Ini jumlah penduduk yang ada di China daratan, belum lagi bangsa China berada di luar China (Overseas China). Di Negara mana-mana pasti ada orang China, termasuk Kalpataru, Cengger Ayam, bahkan daerah yang nyelempit-nyelempit itu. Jadi, tidak ada satu kota pun di dunia ini yang tidak ada orang Chinanya. Jumlah populasi orang China yang berada di luar RRC itu kalau ditotal sekitar 600 juta jiwa. Sehingga kalau ditotal secara keseluruhan, maka jumlah populasi warga China mencapai hampir 2 milyar jiwa.

4. Segi Ekonomi

China ini adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan pekerja keras. Dalam satu hari, orang China mampu bekerja selama 11 jam, padahal kita saja yang berkerja 8 jam sehari sudah merasa berat. Perhatikan orang China yang buka toko. Pada pukul 06.00 dia sudah membuka toko dan tutup menjelang Maghrib, kemudian malam harinya, dia totalan. Jadi, waktu yang tersisa itu hanya digunakan untuk tidur atau untuk keperluan yang berkaitan dengan usaha dagangnya.

Di samping sebagai pekerja keras, orang China adalah pekerja cerdas. Sekarang ini, tidak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh Negara China. Suatu saat saya pergi ke pasar malem. Di sana saya ditunjukkan jam tangan merk Rolex, mulai dari yang asli seharga 70 juta Rupiah, sampai Rolex yang seharga Rp. 70.000, dan kita sulit untuk membedakan antara yang asli dengan yang palsu. Oleh karena itu, RRC mempunyai potensi luar biasa untuk menghancurkan Barat. Apalagi produksi-produksi di sana dibuat secara besar-besaran, yaitu kalau satu orang membuat 10 baju, maka dari RRC akan mengekspor sekirat 12-13 milyar baju.

5. Rasa Persaudaraan (Kecinaan)

Bangsa China mempunyai rasa “kecinaan” dunia. Jadi, kalau orang China ketemu sama orang China lainnya, perasaannya lain dibandingkan ketemu dengan kita.

6. Segi Politik

Dahulu Negara China diperintah oleh Kaisar. Tunduk kepada Kaisar adalah harga mati, sehingga pada zaman Kekaisaran, Kaisar menyuruh rakyat untuk membangon tembok besar China meski harus mengorbankan ratusan ribu jiwa. Tembok besar China ini dibangun di puncak-puncak bukit dan panjangnya sekita sepanjang 6000 KM. Kalau ada pekerja yang mati, maka langsung dikuburkan di dekat situ. Jadi, tembok besar China itu sebenarnya angker karena ada alam arwahnya.

3 komentar:

healthy body & soul on 3 Agustus 2012 pukul 07.12 mengatakan...

terima kasih atas ilmunya ... insya allah saya akan mempraktekannya .... by:misty (majalaya-bandung)

Unknown on 1 September 2016 pukul 22.07 mengatakan...

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

Unknown on 18 Juni 2017 pukul 14.28 mengatakan...

boleh minta rekomendasibuku atau jurnal yang berhubungan dengan etos kerja Cina?
terima kasih

Posting Komentar