Senin, 05 April 2010
Pohon Cinta
Dalam keberhasilan setiap orang, selalu ada yang mem-backup dibelakangnya, apapun itu jenis bidangnya. Orang yang berjasa dan yang paling banyak mendorong kita untuk sukses adalah Ayah dan Ibu.
Cerita ini saya kutip dari sebuah majalah. Cerita ini adalah menggambarkan tentang kita semua. Semoga cerita ini dapat menjadi sebuah renungan dan tidak melupakan jasa Orang tua kita.
Alkisah, ada sebuah pohon apel yang besar. Seorang anak laki-laki senang bermain-main di pohon itu, memetik buah apelnya, dan tidur dibawah pohon itu. Ia menyukai pohon itu, dan sang pohon juga senang bermain dengannya. Waktu berlalu, anak lelaki itu tumbuh besar dan tak lagi bermain di pohon apel itu. Suatu hari, ai mendatangi pohon itu dengan wajah murung. “ ayo bermain bersamaku” kata sang pohon.
“Tidak aku bukan anak kacil lagi” kata si anak. Aku tidak mau bermain bersamamu lagi. Aku ingin beli main saja. Tapi aku tidak punya uang.”
Maaf, aku tak bisa memberimu uang. Tapi kamu bisa memetik buah apel-apelku dn menjualnya supaya bisa dapat uang,” balas si pohon. Anak lelaki itu gembira dan memeluk pohon apel itu, lalu pergi dengan riang. Sang pohon merasa sedih karena setelah memetik apel-apelnya, anak lelaki itu tak pernah datang lagi.
Suatu hari, anak itu kembali. Dia sudah tumbuh dewasa. Sang pohon merasa gembira. “ayo bermain denganku” katanya. Anak itu menggelengkan kepala. “Tidak. Aku tak punya waktu untuk bermain-main. Aku harus bekerja untuk membiayai keluargaku. Kami butuh runah untuk tempat tinggal. Kau bisa menolongku?”
“Maaf, aku tidak puya rumah. Tapi kamu bisa memotong cabang-cabang pohonku untuk membangun rumah mu. “Anak lelaki itu segera menebang cabang-cabang pohon itu dengan gembira, kemudian ia pergi dan tak datang kembali. Sang pohon merasa sedih, sendirian dan kesepian.
Suatu hari, anak lelaki itu datang kembali. Sang pohon merasa gembira. “ayo bermain denganku,”Tidak. Aku sudah tua. Aku ingin berlayar untuk menenangkan diriku. Bisa kau memberiku perahu?
Lalu anak itu menebang pohon untuk berlayar. Ia berlayar jauh dan lama tak kembali. Akhirnya anak itu kembali. Sang pohon berkata sedih, “Maafkan aku, aku tak punya apapun lagi yang bisa kuberikan untukmu.
Aku tak butuh apapun,” jawab si anak. Aku hanya butuh tempat istirahat. Aku sudah tua dan lelah sekali belakangan ini.”.
Semasa kecil kita senang bermain dengan kedua orang tua kita. Saat tumbuh besar, kita meninggalkan mereka dan kembali bila kita sedang butuh atau masalah. Apapun yang terjadi namun orang tua kita akan selalu ada untuk kita dan siap memberi apapun yang mereka miliki untuk membuat kita senang dan bahagia.
Bahkan Rasul kita sang pemimpin agung, orang paling sukses sepanjang zaman, tida pernah menghilangkan peran kedua orang tua. Beliau menganggap memuliakan kedua orang tua lebih besar nilainya dibandingkan jhad sekalipun.
Suatu kali, saya pernah terpikir bagaimana cara saya unutk membalas kasih sayang dan jasa mereka. Namun belum sempat saya tanya, orang tua saya berkata Bapak dan Mama tak ingin apapun dari kamu, yang terpenting kamu berbakti kepada orang tua, belajar yang rajin dan jangan lupa beribadah.
Tanpa disadari saat itu air mata pun mengalir.Betapa agungnya orang tua saya, betapa mulia hatinya. Jangankan beliau meminta dibalas jasa, menerima jasa saja tidak mau. Benar kata pepatah, kasih sayang anak hanya sepanjang galah, sedangkan kasih ibu sepanjang masa. Orang tua saya buktinya.
Orang tua terkadang keras terhadap kita, itu hanya merupakan ungkapan rasa cinta dan sayang, dan kita sering terlalu egois untuk memahaminya.
Di tengah kesibukan kita mengejar keberhasilan. Sempatkanlah kita untuk meminta maaf kepada orang tua kita. Meskipun kita tidak membawa hadiah spesial atau istimewa. Dengan kehadiran kita saja sudah cukup membuat hari-hari mereka menjadi cerah. Karena, cinta orang tua adalah cinta yang sederhana yang tidak menuntut balas. Balasan yang terbaik dari kita adalah membalas kerinduan mereka seperti pohon apel yang selalu rindu bermain dengan si anak lelaki, begitulah orang tua kita.
Mereka selalu menunggu kita untuk datang dan mengucapkan : “Ayah, Ibu saya menyayangi kalian berdua.
Sumber : M H
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar